Kisi-kisi UKG bahasa Indonesia SMK dapat didownload pada sergur.kemdiknas
Berpidato adalah
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan
ide, gagasan, dan pikiran, baik
direncanakan maupun tidak direncanakan.
Berpidato merupakan salah satu
keterampilan berbicara. Apabila kita pandai
berpidato tentu saja akan
mendatangkan banyak keuntungan, baik keuntungan
secara pribadi maupun secara umum
bagi keluarga dan masyarakat luas.
a. Unsur-unsur Pidato
Unsur-unsur dalam berpidato adalah
pembicara, bahan/materi pembicaraan,
objek atau pendengar, dan tema.
Ketiga unsur tersebut saling memengaruhi
satu dengan yang lain. Hilangnya
salah satu unsur tersebut di atas, akan
mengakibatkan ketimpangan dalam
berpidato.
b. Metode Berpidato
Berpidato yang baik tentu harus
memilih metode yang baik. Metode-metode
berpidato yang baik dapat dibagi
menjadi berikut ini.
1) Metode naskah, yaitu berpidato
yang mengandalkan pada naskah. Metodeini
dipakai biasanya dalam pidato-pidato resmi, pidato di televisi atau di
radio.
2) Metode menghafal, yaitu metode berpidato yang
direncanakan jauh hari
sebelumnya. Metode ini biasanya akan membosankan
bagi pendengarnya.
3) Metode impromptu/serta-merta, yaitu metode
berpidato berdasarkan kebutuhan
sesaat. Oleh karena itu, metode ini tanpa ada
persiapan sebelumnya,
sehingga hasilnya akan kurang maksimal.
4) Metode ekstemporan (catatan kecil), yaitu
metode berpidato yang direncanakan
dengan menggunakan catatan kecil sebagai inti
dan rangkaian
pembicaraan yang akan disampaikan kepada
pendengarnya.
Keempat metode ini saling melengkapi. Masing-masing
metode memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh
karena itu, sebagian orang
yang kreatif justru menggabungkan berbagai
metode berpidato di atas untuk
menarik simpati pendengarnya.
c. Maksud dan Tujuan Berpidato
Berpidato tidak hanya sekadar
bermain kata-kata. Berpidato juga memiliki
maksud dan tujuan yang baik dan
bermanfaat. Maksud dan tujuan berpidato
antara lain sebagai berikut.
1) Mendorong/memberi semangat
pendengarnya.
2) Meyakinkan pendengarnya.
3) Menginginkan reaksi dari pendengarnya.
4) Memberitahukan/menginformasikan
pendengarnya.
5) Menyenangkan dan menghibur
pendengarnya.
d. Teknik Penyajian
Berpidato yang Baik
Dalam menyampaikan materi pidato
diperlukan strategi penyampaian yang
baik untuk menarik simpati
pendengarnya. Teknik penyampaian pidato yang
baik adalah sebagai berikut.
1) Menggunakan bahasa yang mudah
dipahami pendengar.
2) Menggunakan contoh dan ilustrasi
yang mempermudah pendengar dalam
memahami konsep yang abstrak apabila
diperlukan.
3) Memberi penekanan dengan cara
mengadakan variasi dalam gaya
penyajian.
4) Mengorganisasikan materi sajian
dengan urut dari hal mudah ke hal yang
sulit dan lengkap.
5) Menghindari penggunaankata-kata yang meragukan dan berlebih-lebihan.
6) Program atau materi disajikan dengan urutan
yang jelas.
7) Berikan ikhtisar butir-butir yang penting,
baik selama sajian maupun pada
akhir sajian.
8) Gunakan variasi suara dalam memberikan
penekanan pada hal-hal yang
penting.
9) Kejelasan lafal, intonasi, nada, dan sikap
yang tepat agar pendengar tidak
bosan atau terkesan monoton.
10) Membuat dan mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui pemahaman
pendengar, minat pendengar, atau sikap
pendengar, jika diperlukan.
11) Menggunakan nada suara, volume suara,
kecepatan bicara secara
bervariasi.
12) Menggunakan
bahasa tubuh yang mendukung komunikasi dengan pendengar.
Bahasa dan isi pidato disesuaikan
dengan pendengar (audience)
berdasarkan, tingkat pemikiran
atau pendidikan, usia, dan topik
pembicaraan. Bagian-bagian pidato
ialah seperti berikut.
1. Bagian pembukaan berisi:
(1) salam pembuka
(2) ungkapan sapaan
(3) puji syukur kepada Tuhan
(4) penegasan konteks pertemuan
atau acara
2. Bagian isi berisi uraian pidato
sesuai dengan yang telah
direncanakan atau ingin
disampaikan.
3. Penutup pidato, berisi:
(1) kesimpulan isi pidato
(2) harapan-harapan atau himbauan
(3) ucapan terima kasih dan
permohonan maaf
(4)
salam penutup
A. Diskusi dan Manfaatnya
Untuk mengadakan sebuah diskusi
harus dipersiapkan terlebih dahulu
unsur-unsur berikut.
(1) Unsur manusia, yaitu moderator
atau pemimpin diskusi, penyaji/narasumber/
pemrasaran/pembicara,
notulis/sekretaris, dan peserta diskusi
Jika diskusi tidak dihadiri
pembicara, orang yang bertugas membahas
masalah adalah moderator selaku
pemimpin diskusi.
(2) Unsur materi, seperti topik
diskusi atau permasalahan, dan tujuan atau
sasaran.
(3) Unsur fasilitas, seperti
ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya meja,
kursi, papan tulis, dan kertas.
Diskusi dapat diartikan dengan
kegiatan bertukar pikiran secara lisan.
Diskusi biasanya dilakukan karena
ada masalah atau persoalan yang perlu
dibahas dan dipecahkan. Diskusi
secara umum bertujuan untuk mencari
solusi atau penyelesaian suatu
masalah secara teratur dan terarah. Yang
dimaksud teratur dan terarah ialah
semua unsur-unsur yang ada di dalam
diskusi berfungsi, baik peserta,
pembicara, maupun moderator menjalankan
tugasnya dengan baik, saling
bertukar pikiran secara aktif dan santun untuk
mencapai kesepakatan atau
penyelesaian yang baik.
Diskusi yang baik akan membawa manfaat
yang baik. Manfaat diskusiialah:
(1) membiasakan sikap saling
menghargai
(2) menanamkan sikap demokrasi
(3) mengembangkan daya berpikir
(4) mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman
(5) mewujudkan proses kreatif dan
analitis
(6) mengembangkan kebebasan
pribadi
(7) melatih kemampuan berbicara
B. Tugas dan Peranan Unsur Diskusi
Setiap unsur-unsur di dalam
diskusi memiliki tugas dan peranannya
masing-masing. Agar diskusi bisa
berjalan dengan lancar maka setiap
unsur diskusi harus menjalankan
tugas dan peranannya tersebut dengan
baik. Tugas unsur-unsur diskusi
adalah sebagai berikut. 1.
Tugas Moderator/Pemimpin Diskusi
a. Menyiapkan pokok masalah yang
akan dibicarakan
b. Membuka diskusi dan menjelaskan
topik diskusi
c. Memperkenalkan komponen diskusi
terutama pembicara jika ada
unsur pembicara/penyaji
d. Membuat diskusi menjadi hidup
atau dinamis
e. Mengatur proses penyampaian
gagasan atau tanya jawab
f. Menyimpulkan diskusi dan
membacakan simpulan diskusi
g. Menutup diskusi
2. Tugas Pembicara
a. Menyiapkan materi diskusi
sesuai topik yang akan dibahas
b. Menyajikan pembahasan materi
atau menyampaikan gagasangagasan
serta pandangan yang berkaitan
dengan topik diskusi
c. Menjawab pertanyaan secara
objektif dan argumentatif
d. Menjaga agar pertanyaan tetap
pada konteks pembicaraan
3. Tugas dan Peranan Notulis
a. Mencatat topik permasalahan
b. Waktu dan tempat diskusi
berlangsung
c. Mencatat jumlah peserta
d. Mencatat segala proses yang
langsung dalam diskusi
e. Menuliskan kesimpulan atau
hasil diskusi
f. Membuat laporan hasil diskusi
g. Mendokumentasikan catatan
tentang diskusi yang telah
dilakukan
4. Peranan atau Tugas Peserta
Diskusi
a. Mengikutitata tertib dan aturan
dalam diskusi
b. Mempelajari topik/permasalahan diskusi
c. Mengajukan pertanyaan,
pendapat/sanggahan, atau usulan
d. Menunjukkan solidaritas dan
partisipasi
e. Bersikap santun dan tidak
emosional
f. Memusatkan perhatian
g. Turut serta menjaga kelancaran
dan kenyamanan diskusi
C. Menyampaikan Pendapat dan
Gagasan dalam
Diskusi
Saat menyampaikan pendapat atau
gagasan di dalam diskusi, gagasan
yang akan disampaikan harus sesuai
dengan topik yang sedang dibahas.
Pendapat harus bersifat logis,
yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasanalasan
serta bukti dan fakta-fakta
sehingga pendapat yang dikemukakan
dapat meyakinkan peserta diskusi
yang lain.
Pendapat juga harus bersifat
analitis, maksudnya pendapat disampaikansecara sistematis, teratur, dan
mendalam serta tidak berbelit-belit.
Selain itu, pendapat juga harus
disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang
disampaikan merupakan hal yang
baru dan bernilai tinggi atau berkualitas.
Namun, semua pengungkapan gagasan,
ide, atau usulan harus disampaikan
dengan bahasa yang santun, jelas,
tepat, dan objektif.
D. Menyampaikan Tanggapan dan
Sanggahan di
dalam Diskusi
Adalah wajar dalam setiap diskusi
terjadi perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat di dalam
diskusi menyebabkan diskusi berkembang
asalkan cara menyampaikan
perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran
dan saling menghargai. Jika
seseorang hendak mengajukan sanggahan atau
penolakan atas pendapat serta
usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan
dapat diungkapkan dengan
memerhatikan hal-hal berikut.
(1) Menyatakan permohonan maaf
terlebih dahulu
sebelum menyampaikan sanggahan
atau ketidaksetujuan
(2) Memberikan pujian atau
penghargaan terhadap pendapat yang
akan ditanggapi
(3) Menyampaikan sanggahan atau
tanggapan dengan alasan yang
masuk akal
(4) Sanggahan diusahakan
menyempurnakan ataumemberikan solusi
alternatif terhadap gagasan yang
akan ditanggapi.
(5) Ungkapan-ungkapan yang
merendahkan, seperti, tertolak,
tidak masuk akal, pendapat orang
kampung, dan lain-lain harus
dihindarkan.
E. Mengambil Simpulan dalam Diskusi
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil
berupa kesepakatan terhadap
sesuatu atau pemecahan terhadap
suatu masalah. Memberikan simpulan
dalam diskusi merupakan tugas
moderator. Namun untuk merumuskan
simpulan, peserta diskusi dapat
diikutsertakan agar simpulan yang diambil
lebih objektif dan valid.
Secara umum, simpulan dapat
diambil dengan melalui penalaran
deduktif maupun induktif. Dalam
diskusi, simpulan diambil dengan
berdasarkan
hal-hal berikut.
(1) Pendapat yang dapat diterima
oleh semua peserta diskusi.
(2) Data-data dan fakta yang benar
dan dapat diterima kebenarannya
oleh peserta diskusi.
(3) Segala pendapat atau gagasan
yang sama dan sejalan.
(4) Voting atau mengambil suara
terbanyak dari peserta diskusi yang
hadir.
(5) Simpulan diupayakan merupakan
rumusan yang inovatif, solusif,
dan
implementatif.
A. Pengertian Surat
Dalam berkomunikasi, manusia
saling memberikan informasi.
Pemberian informasi oleh manusia
dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara lisan maupun tulisan.
Informasi secara lisan terjadi jika si pemberi
informasi saling berhadapan baik
langsung maupun tidak langsung.
Proses komunikasi tersebut dapat
dilakukan dengan cara berbicara melalui
telepon, radio, televisi, dan
sebagainya. Namun jika tidak dapat berhadapan
komunikasi dapat dilakukan melalui
surat.
Surat adalah salah satu sarana
komunikasi tertulis untuk menyampaikan
informasi dari satu pihak (orang,
instansi, atau organisasi) kepada
pihak lain (orang, instansi, atau
organisasi).
B. Format Surat
Sebagai sarana tertulis, surat
memiliki format penulisan, terutama
surat resmi atau dinas. Dengan
adanya format surat, penulisan surat
menjadi teratur, bagian-bagian
surat tidak ditulis sembarang melainkan
ditempatkan sesuai ketentuan.
Bentuk penulisan surat atau format
surat yang lazim dipergunakan ada 5 bentuk, yaitu :
(1) bentuk lurus penuh (full block style)
(2) bentuk lurus (block style)
(3) bentuk setengah lurus (semiblock style)
(4) bentuk lekuk (indented style)
(5) bentuk paragraf menggantung (hanging paragraph)
Bentuk setengah lurus atau semiblock style terdapat
dua jenis, yaitu
bentuk Indonesia lama (versi a)
dan bentuk Indonesia baru (versi b).
Berdasarkan pengamatan dalam
pemakaian bentuk surat, surat-surat
resmi Indonesia lama banyak
menggunakan format versi a, sedangkan
surat-surat resmi Indonesia baru
menggunakan format versi b. Dalam
kaitan dengan format surat, Pusat
Bahasa dalam kegiatan surat-menyurat
sehari-hari melazimkan format
setengah lurus versi b. Dan, Pusat Bahasa
menganjurkan kepada masyarakat,
melalui penyuluhan bahasa Indonesia
di berbagai instansi, penyuluhan
bahasa Indonesia melalui telepon ataumelalui surat, untuk menggunakan format
setengah lurus b karena ini
dianggap
lebih efisien dan lebih menarik.
C. Jenis-Jenis Surat
Berdasarkan pemakaiannya surat
dibagi atas tiga jenis, berikut.
1. Surat Pribadi
Surat pribadi adalah surat yang
dipergunakan untuk kepentingan
pribadi. Isi surat berhubungan
dengan urusan pribadi. Contohnya
surat seorang anak kepada orang
tuanya atau surat kepada teman.
Ciri-ciri surat pribadi seperti
berikut.
(1) Tidak menggunakan kop
surat/kepala surat
(2) Tidak menggunakan nomor surat
(3) Salam pembuka dan penutup
surat bervariasi
(4) Penggunaan bahasa bebas,
sesuai dengan keinginan si penulis
surat.
(5) Format surat bebas
2. Surat Resmi
Surat resmi ialah surat yang
dipergunakan untuk kepentingan yang
bersifat resmi, baik yang ditulis
dari perseorangan, instansi, lembaga,
maupun organisasi. Contohnya:
surat undangan, surat pemberitahuan, dan surat edaran.
Ciri-ciri surat resmi, seperti
berikut.
(1) Menggunakan kepala surat jika
yang mengeluarkannya adalah
lembaga atau organisasi
(2) Menggunakan nomor surat,
lampiran, dan perihal
(3) Menggunakan salam pembuka dan
penutup yang lazim atau resmi,
seperti: Assalamualikum, dengan
hormat, hormat kami
(4) Menggunakan bahasa dengan
ragam resmi atau baku
(5) Menggunakan cap/stempel jika
berasal dari sebuah organisasi atau
lembaga resmi
(6) Penulisan surat mengikuti
format surat tertentu (tidak bebas)
3. Surat Dinas
Surat dinas ialah surat yang
dipergunakan untuk kepentingan
pekerjaan, tugas dari kantor, atau
kegiatan dinas. Surat ini berasal dari
instansi atau lembaga baik swasta
maupun negeri. Contoh: surat tugas,
surat perintah, memorandum, dan
surat keputusan. Surat dinas yang
berifat perseorangan ialah surat
lamaran pekerjaan, surat permohonan
izin, dan surat permohonan cuti.
Ciri-ciri surat dinas, seperti
berikut.
(1) Menggunakan kop/kepala surat
dan instansi atau lembaga yang
bersangkutan
(2) Menggunakan nomor surat,
lampiran, dan perihal
(3) Menggunakan salam pembuka dan
penutup yang baku atau resmi,
seperti : dengan hormat, hormat
kami
(4) Menggunakan bahasa baku atau
ragam resmi
(5) Menggunakan cap/stempel
instansi atau kantor pembuat surat
(6) Format surat tertentu. Jika
berasal dari instansi pemerintahan
lazimnya menggunakan format surat
resmi Indonesia baru atau
format setengah lurus versi b.
Penggunaan Bahasadalam Surat
Sebagaimana yang telah dijelaskan
di atas bahwa penggunaan bahasa
di dalam surat bergantung pada
jenis pemakaian surat dan tujuan surat.
Untuk surat pribadi, penggunaan
bahasa bersifat subjektif, bergantung
pada keinginan si penulisnya dan
kepada siapa surat ditujukan. Menulis
surat untuk orang tua tentu akan
menggunakan bahasa lebih formal dan
santun, berbeda dengan menulis
surat untuk teman atau sahabat. Begitu
pula dengan surat pribadi yang
bersifat resmi seperti surat lamaran
pekerjaan, surat permohonan izin,
dan cuti. Meskipun bersifat pribadi, tapi
karena ditujukan kepada sebuah
instansi atau perusahaan tentu penulis
harus menggunakan bahasa yang
resmi dan formal.
Lain halnya dengan surat resmi dan
surat dinas, penggunaan bahasa
cenderung menggunakan kosakata
baku dan struktur kalimat yang lengkap.
Hal ini disebabkan karena surat
resmi dan surat dinas dipergunakan untuk
tujuan
atau fungsi-fungsi yang bersifat resmi atau kedinasan.
Nomor
Surat
Surat
resmi, biasanya, mencantumkan nomor, jenis, instansi
pengirim
surat, dan kode surat. Nomor surat adalah urutan nomor surat
yang
telah dikeluarkan oleh instansi atau organisasi tersebut. Kode
surat
adalah kode klasifikasi masalah yang disampaikan dalam surat
tersebut,
sedangkan tahun yang tertera pada nomor surat menunjukan
tahun
kapan surat itu dibuat.
Fungsi
nomor dan kode surat adalah sebagai berikut:
1)
mengetahui banyaknya surat yang keluar;
2)
memudahkan pengarsipan surat;
3)
memudahkan mencari surat itu kembali jika dibutuhkan; dan
4)
memudahkan petugas pengarsipan.
Contoh:
N o m o r : 2 3 1 / S B / R - U P I / G . 5 / V I / 0 7
Keterangan
:
231
= nomor surat
SB
= Surat Pemberitahuan
R
= rektor (penanggung jawab surat / penanda tangan)
UPI
= nama instansi
G.5
= bantuan luar negeri
VI
= bulan pembuatan surat, bulan Juni
07 = tahun pembuatan surat 2007
Memo atau Memorandum
Memorandum
biasa digunakan untuk surat-menyurat secara intern
dalam lingkungan kantor. Memo
dibuat oleh atasan kepada bawahan atau
antara pejabat yang setaraf. Isi
memo singkat, sederhana, dan mudah agar
cepat dipahami. Memo umumnya
berisi peringatan, arahan, penerangan,
perintah, pertanyaan, dan lain
sebagainya.
Penulisan memo dapat ditik atau
ditulis tangan. Isi memo umumnya
tidak lebih dari 10 baris.
Bagian-bagian memorandum meliputi sebagai
berikut:
a. Ciri Bentuk
Terdiri atas dua bagian, yaitu
kepala memo dan isi memo. Kepala
memo berisi:
(1) pihak
yang dituju
(2) pengirim
memo
(3) perihal
memo
(4) tanggal
pengirim memo
(5) paraf
dan nama pengirim
b. Ciri Isi
Isi memo disampaikan dengan
bahasasingkat. Penulisan memo harus
langsung menyampaikan pesan atau
perintah dengan kalimat pendek
dan tegas. Karena peredarannya
yang terbatas, memo biasanya tidak
mencantumkan identitas kantor.
Bacalah contoh memo berikut ini
dan perhatikan ciri-cirinya!
Contoh 1
Memo
Kepada : Manajer Pemasaran
Dari : Kasubag. Pengiriman Buku
Perihal : Pengiriman Buku
Segera kirimkan buku Teori karya
Prof. Dr. Hamid Abdul Hadi untuk
Bapak Dr. Budi Santoso, Kepala
Perpustakaan Kota Bogor, sebanyak 80
eksemplar.
Jakarta, 22 Maret 2005
(paraf)
Ajun Ginanjar
Contoh 2
PT. Angkasa Raya
Jalan Pancanaka No. 3
(1)---------------------------
Jakarta – Selatan
(2) 30 Desember 2004
(3) Memo
(4) Kepada : Bagian Personalia
(5) Dari : Direktur PT Angkasa
(6) Hal : Pengadaan Pegawai
(7) Sesuai dengan perkembangan di
perusahaan terutama pada
bidang sales, saya meminta Saudara
mempersiapkan
sarana dan perencanaan guna
penerimaan karyawan baru.
(penjelasan
terlampir)
Ttd
(8) Dandang Kusuma, S.E.
Keterangan:
(1) kop surat memo
(2) tanggal surat memo
(3) judul memo
(4)
alamat memo
(5) pengirim memo
(6) perihal pokok memo
(7) isi memo
(8)
tanda tangan dan nama terang pengirim memo
C. Teknik Membuat Catatan
Pada saat membaca, banyak hal yang
kemudian diketahui pembaca
dari bacaan yang dibacanya. Hal
yang diketahui tersebut dapat bersifat
tidak penting dapat juga penting.
Informasi penting yang didapatkan dari
sebuah bacaan tentu sayang jika
dilewatkan begitu saja, apalagi hal tersebut
berguna bagi pembaca di saat
sekarang atau masa akan datang atau dalam
rangka membuat tulisan lain. Jika
sulit untuk diingat, jalan satu-satunya
harus dicatat. Mencatat informasi
dari sebuah sumber atau bacaan gunanya
adalah:
(1) mendokumentasikan hal-hal
penting yang bermanfaat suatu saat,
(2) mengumpulkan informasi untuk
bahan penulisan,
(3) memudahkan mengingat kembali,
dan
(4) sebagai bahan kutipan dalam
karangan ilmiah.
Hal-hal yang perlu dicatat dan
dijadikan bahan catatan, yaitu sebagai berikut.
(1) ide pokok atau gagasan sentral setiap paragraph
(2) informasi penting dan menarik untuk diketahui
atau diingat.
(3)
kata/frasa/kalimat yang merupakan kata kunci yang bermakna luas atau dalam,
misalnya kata–kata nasihat, moto kehidupan, dan lain sebagainya.
(4)
pendapat atau asumsi mengenai sesuatu.
(5)
detail atau fakta-fakta hasil survei atau penelitian ilmiah.
(6)
pemikiran, cara, atau metode baru serta tanggapan atau jalan keluar sebuah
persoalan.
Dalam catatan, jangan lupa
mencantumkan indentitas sumber informasi
atau bahan bacaan tempat didapatkannya
hal-hal yang dicatat. Catatan tentang
sumber dapat berbentuk catatan
kaki atau catatan perut. Hal-hal yang dicatat
pada catatan kaki, yaitu: nama
penulis atau pengarang (tidak dibalik), judul
buku, tempat diterbitkan, dan nama
penerbit serta tahun terbitan ditulis di
dalam kurung, kemudian sertakan
nomor halaman tempat informasi yang
dicatat berada. Dalam karangan
ilmiah catatan kaki ditulis pada bagian bawah
halaman, diberi ruangan khusus.
Catatan kaki memberi keterangan sebuah kutipan pada karangan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. zaenal dan S. Amran
Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
B. Sistematika Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk
naskah atau buku karena berisi hal-hal
yang terperinci berkaitan dengan
data-data yang akurat dan lengkap.
Laporan ilmiah atau laporan formal
terdiri atas :
1. Bagian awal, terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud,
tujuan penulisan, identitas penulis,
instansi asal, kota penyusunan,
dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman mo􀄴o/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika
perlu)
e. Prakata;
f. Da􀄞ar isi;
g. Da􀄞ar tabel (jika ada)
h. Da􀄞ar grafik (jika ada)
i. Da􀄞ar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang
isi laporan
2. Bagian Isi
a. Bab I Pendahuluan berisi
tentang
(1) Latar belakang
(2) Identitas masalah
(3) Pembatasan masalah
(4) Rumusan masalah
(5) Tujuan dan manfaat
b. Bab II : Kajian Pustaka
c. Bab III : Metode
d. Bab IV : Pembahasan
e. Bab V : Penutup
3. Bagian Akhir
a. Da􀄞ar Pustaka
b. Da􀄞ar Lampiran
c. Indeks : da􀄞ar istilah
D. Teknik Pengutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat
atau pendapat dari seorang ahli,
penulis, dan ucapan seorang
terkenal. Dalam penulisan karya ilmiah,
kutipan dipergunakan untuk memperjelas
dan menegaskan isi uraian atau
untuk membuktikan apa yang
dituliskan.
Menurut jenisnya, ada dua macam
kutipan, yaitu kutipan langsung
(lengkap) dan kutipan tidak
langsung (isi). Kutipan langsung adalah
pinjaman pendapat dengan mengambil
secara lengkap kata demi kata,
kalimat demi kalimat dari sebuah
teks asli. Kutipan tidak langsung adalah
pinjaman dari seorang penulis atau
tokoh terkenal yang berupa intisari
atau ikhtisar dari pendapat
tersebut. Dalam kutipan dicantumkan sumber informasi kutipan. Sumber informasi
berisi nama, tahun, dan halaman.
Sumber dapat disajikan sebagai
berikut.
1. Kutipan Langsung
Ada dua cara membuat kutipan
langsung, yaitu kutipan langsung
pendek dan kutipan langsung
panjang.
a. Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung pendek,
panjangnya tidak lebih dari empat
baris tulisan kutipan ini langsung
diintegrasikan dengan teks,
diapit dengan tanda kutip, dan
disertai sumber informasi kutipan.
Jarak antara baris dengan baris
kutipan dua spasi.
Contoh:
Amalia (1999:12) menyimpulkan “Ada
hubungan yang erat antara
kemampuan berbahasa dan lingkungan
sosial tempat tinggal
pemakai bahasa.”
b. Kutipan Langsung Panjang
Kutipan langsung panjang adalah
kutipan yang lebih dari
empat baris tulisan. Kutipan
dipisahkan dari teks, jarak baris
dengan baris kutipan satu spasi,
kutipan boleh atau tidak diapit
dengan tanda kutip. Kutipan
disertai sumber informasi kutipan.
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah
kutipan yang dikemukakan
dengan bahasa penulis sendiri.
Kutipan tidak langsung ditulis tanpa
tanda kutip, langsung
diintegrasikan dengan teks, jarak spasi dalam
kutipan dua spasi, disertai sumber
informasi kutipan yang tidak selalu
menyebutkan nomor halaman.
Contoh:
Herawati (1999:31) menyimpulkan
bahwa siswa jurusan ekstra
memiliki kemampuan menulis karya
ilmiah yang lebih baik daripada
siswa jurusan sosial.
Daftar Pustaka
Selain ketentuan di atas, ada
ketentuan-ketentuan khusus sebagai
berikut.
1. Sumber dari artikel dan buku
artikel
Nama penulis artikel ditulis di
depan diikuti dengan tahun
penerbitan. Judul artikel ditulis
tanpa garis bawah atau huruf miring.
Nama editor ditulis seperti
menulis nama biasa, diberi keterangan (ED)
atau (eds). Judul buku kumpulannya
digaris bawahi atau ditulis dengan
huruf miring dan nomor halamannya
disebutkan dalam kurung.
Contoh:
Atikah, H.Z. 1998. Karakteristik
Penilaian Kualitatif, dalam Kurniasih
(ED). Pengembangan Penilaian Kualitatif dalam Mata Pelajaran
Bahasa dan
Sastra Indonesia (hlm. 36-43). Bandung: PSBS Cabang Bandung.
2. Sumber dari artikel dalam
jumlah
Nama judul (majalah ilmiah)
ditulis dengan garis bawah atau huruf
miring. Bagian akhir
berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa dan
nomor dari halaman artikel
tersebut.
Contoh:
Sunarti. 1994. PAN dan PAP dalam Penilaian Keberhasilan Belajar
Semiotika,
(02);13- 22.
3. Sumber dari artikel dalam
majalah atau koran
Nama pengarang ditulis paling
depan diikuti oleh tahun, dan bulan
(jika ada). Nama majalah diberi
garis bawah atau ditulis dengan huruf
miring. Nomor halaman disebut pada
bagian akhir.
Contoh:
Huda, NN. 1991. 13 November.
Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering.
Jawa Pos, hlm. 6.
4. Sumber dari koran tanpa
pengarang
Judul ditulis pada bagian awal.
Tahun, tanggal, dan bulan ditulis
sebelah judul. Kemudian, nama
surat kabar ditulis dengan garis bawah
atau dengan huruf miring dan
diikuti nomor halaman.
Contoh :
Perkembangan Properti Indonesia.
1999, 21 September. Kompas, hlm 7.
5. Sumber dari dokumen resmi
pemerintah yang diterbitkan oleh suatu
penerbit tanpa pengarang dan tanpa
lembaga
Judul atau dokumen ditulis di
bagian awal dengan diberi garis bawah
atau ditulis dengan huruf miring,
diikuti tahun penerbitan dokumen,
kota penerbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia,
No.2 Th. 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta. PT Armas Dutajaya.
6. Sumber berupa karya terjemahan
Nama pengarang asli ditulis paling
depan, diikuti tahun penerbitan
karya asli, judul terjemahan, nama
penerjemah, tahun terjemahan,
nama tempat penerbitan, dan nama
penerbit terjemahan. Apabila tahun
penerbitan buku asli tidak
dicantumkan, ditulis dengan kata “Tanpa
tahun”.
Contoh:
Ary, Donald L.C. Jacobs, dan A.
Rozawick. “Tanpa tahun”. Pengantar
Penelitian Pendidikan. Arif Furchan (pen). 1982. Surabaya: Usaha
Nasional.
7. Sumber berupa Skripsi, Tesis,
atau Disertasi
Nama penyusun ditulis paling
depan, diikuti tahun yang tercantum
pada sampul. Judul skripsi dan
tesis ditulis dengan garis bawah atau
huruf miring diikuti dengan
pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi
tidak diterbitkan, nama kota
tempat perguruan tinggi, serta namafakultas dan perguruan tinggi.
Contoh:
Solihin. 1992. Kesesuaian TIK, KBM, dan Evaluasi Mahasiswa PPL
Universitas Lampung. Skripsi tidak diterbitkan. Lampung: FKIP
Universitas Lampung.
8. Sumber berupa makalah yang
disajikan dalam seminar
Nama penyusun ditulis paling
depan, diikuti dengan tahun, judul
makalah, pernyataan makalah
disajikan dalam nama pertemuan
yang diikuti ditulis dengan garis
bawah atau huruf miring, lembaga
penyelenggara, tempat, dan tanggal
penyelenggaraan.
Contoh:
Kuntarto, Bambang. 1999. HIV di
Kalangan Remaja. Makalah disajikan
dalam Seminar Kesehatan, Pemda Kabupaten Lebak, Lebak, 10-11 September
1999.
Kalimat
efektif:
kalimat baku: kalimat resmi/formal: kalimat yang baik dan benar, sesuai kaidah
BI, sesuai EYD.
Ciri-ciri:
- Sesuai EYD (misal dalam
penulisan huruf kapital, singkatan, angka, dsb.)
- Tidak pleonasme
(tidak berlebihan kata-katanya)
- Tidak ambigu (tidak
bermakna ganda)
- Tidak salah nalar (harus
masuk akal)
dari berbagai sumber