Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Fabel yang Urut dan Logis

Tugas 2 Menyusun Teks Cerita Fabel yang Urut dan Logis

Pada Tugas 2 ini kamu diajak untuk menyusun teks cerita fabel yang urutannya
sesuai dengan struktur teks cerita fabel. Untuk itu, susunlah potongan-potongan
teks di bawah ini sesuai dengan urutan sehingga menjadi teks cerita fabel yang urut
dan logis. Kerjakan secara bersama-sama dengan teman di kelompokmu! Jangan
lupa untuk memberi judul yang tepat.
1) “Serang... !”, teriak Paman Belalang. Dengan cepat Bapak Laba-laba
menjatuhkan jaring besarnya tepat di atas kodok itu. Kedua kodok itu
terperangkap oleh jaring laba-laba. Mereka pun tidak dapat bergerak. Para
pejantan semut merah dan semut hitam mengelilingi serta menggigiti
keduanya. Kodok-kodok itu berteriak kesakitan. Akhirnya, mereka menyerah
dan meminta maaf kepada para serangga. Kakek Cacing memerintahkan
Bapak Laba-laba untuk membuka jaring-jaringnya. Lalu, ia menyuruh kedua
kodok itu pergi dari desa serangga.
2) “Ya ampun, jahat sekali kodok-kodok itu!” Bisik Roro ketakutan.
Paman Belalang, Lodi, dan Roro diam-diam mendengarkan percakapan
kedua kodok itu dari dalam perahu mereka dengan bersembunyi di balik
bunga teratai. Benar saja, ternyata kedua kodok itu mempunyai rencana
jahat nanti malam. Mereka tahu jika hampir setiap malam desa serangga
selalu mengadakan pesta. Kodok itu pun berencana akan merusak pesta dan
memangsa anak-anak serangga yang berada di sana. Ketika mendengar hal
itu, Paman Belalang cepat-cepat memutar balik arah perahu miliknya, lantas
mereka bertiga kembali ke desa.
“Ayo kita pulang dan beri tahu serangga tentang rencana itu”, jelas paman.
Perahu yang paman kemudikan itu berlayar sangat cepat menuju desa. Setiba di sana Paman Belalang segera menceritakan rencana jahat sang kodok yang
mereka dengar tadi.
3) Hampir setiap malam mereka berkumpul bersama, berpesta, menari, dan
bergembira. Mereka saling berbagi makanan kecuali seekor belalang yang selalu
hidup menyendiri. Ia hanya memandang keramaian dari depan rumahnya.
Tingkah belalang itu sangat aneh, ia malu karena ia telah kehilangan sebuah
kakinya. Kakek Cacing pernah bercerita, Paman Belalang setahun yang lalu
telah kehilangan kakinya akibat ia berkelahi dengan seekor burung yang hendak
memangsanya. Sehari-hari Paman Belalang hanya duduk termenung meratapi
kakinya yang hilang. Paman Belalang merasa sudah tidak berguna lagi karena
telah kehilangan kakinya yang sangat berharga.
Lodi si anak semut merah dan Roro si anak semut hitam sangat prihatin melihat
hidup Paman Belalang. Suatu hari ketika Lodi dan Roro sedang berjalan-jalan
di tepi sungai, tiba-tiba mereka melihat Paman Belalang sedang asyik membuat
sebuah perahu kecil yang terbuat dari ranting pohon dan daun kering.
“Wahhhh… perahu buatan paman bagus sekali,” puji Roro”. Paman Belalang
tersenyum, lalu tiba-tiba ia mengajak Lodi dan Roro naik ke dalam perahu
miliknya. Lodi dan Roro saling bertatapan. Mereka tidak menyangka ternyata
Paman Belalang sangat baik dan ramah. Paman Belalang mengeluarkan sebuah
gitar tua, lalu ia mulai bernyanyi, sedangkan Lodi dan Roro menari-nari
mengikuti irama gitar milik Paman Belalang.
4) Dahulu kala di tengah-tengah hutan yang sangat lebat di atas bukit terdapat
sebuah desa yang dihuni oleh beraneka ragam serangga. Mereka hidup
tenteram, rukun, dan damai. Ada keluarga kupu-kupu yang tinggal di
atas pohon. Pak Kumbang dan keluarganya tinggal di dalam sarang yang
tergantung di dahan pohon besar. Kakek Cacing selalu membuat rumah
di lubang tanah. Sekelompok semut hitam dan semut merah tinggal di
sarangnya yang saling berdekatan dengan Bapak Laba-laba yang mempunyai
rumah jaring. Ibu Kecoa menempati sebuah sepatu bot, sebuah sepatu bekas milik manusia yang telang terbuang.
5) “Benarkah cerita itu?” tanya Kakek Cacing yang dituakan oleh para serangga di
desa mereka.
“Benar, Kakek, kami berdua pun juga mendengar percakapan kodok jahat itu,”
jelas Lodi dan Roro”.
Paman Belalang kemudian memerintahkan kepada serangga bahwa pada
malam itu sebaiknya tidak usah menggelar pesta. Anak-anak dan telur
mereka harus dijaga baik-baik di dalam sarang oleh induknya, sedangkan
para pejantan dewasa siap berjaga-jaga dan menyerang jika kedua kodok itu
datang. Ternyata benar, ketika malam hari tiba, kedua ekor kodok hitam itu
muncul di desa. Kodok itu pun bingung karena desa serangga yang hampir
setiap malam mengadakan pesta, tiba-tiba saja menjadi sunyi senyap.
6) “Hore!” Teriak para serangga ketika melihat kodok-kodok itu pergi. Sambil
menari-nari mereka mengangkat tubuh Paman Belalang dan melemparlemparnya
ke udara. Kakek Cacing mengucapkan terima kasih kepada Paman
Belalang yang sudah menyelamatkan desa. Semenjak itu, Paman Belalang tidak
menjadi pemurung lagi. Ia menyadari dirinya masih berguna walaupun telah
kehilangan kakinya. Setiap malam ia pun bergabung dengan para serangga
lainya untuk berpesta. Paman Belalang selalu bermain gitar dan bernyanyi
riang. Para serangga pun sangat menyukainya. Begitu juga dengan Lodi dan
Roro yang sekarang menjadi sahabat paman. Mereka selalu ikut berpetualang
dengan Paman Belalang dan perahunya.
Sumber: cerpenmu.com karya Ayui Soesman

buku pegangan siswa bahasa Indonesia kelas VIII SMP

No comments:

Post a Comment