Materi
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh peserta didik: |
|
3.39. |
Menganalisis
informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan,
komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis |
4.39. |
Mengonstruksi
nilai-nilai dari informasi cerita sejarah dalam sebuah teks eksplanasi |
3.40. |
Menganalisis
kebahasaan cerita atau novel sejarah |
4.40. |
Menulis
cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan kebahasaan |
KD 3.39. Menganalisis
informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan,
komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis
KD 3.40. Menganalisis
kebahasaan cerita atau novel sejarah
Unsur bahasa dalam cerita sejarah:
1. Konjungsi temporal
Konjungsi temporal
adalah kata hubung yang menghubungkan dua kejadian atau peristiwa, konjungsi
temporal dibagi kedalam beberapa jenis diantaranya adalah:
·
Konjungsi temporal yang menghubungkan dua hal
sederajat misalnya apabla, bilamana, demi, hingga ketika, sejak, selama,
semenjak sementara, tatkala, waktu, setelah, sesudah dan sebagainya.
·
Konjungsi temporal yang menghubungkan dua buah kalimat
yang sederajat, yang termasuk kedalam konjungsi temporal ini diantaranya adalah
setelahnya dan sesudahnya.
2. Nomina / kata benda
Untuk nomin dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu sebagai berikut:
·
Nomina modifikatif misalnya dua botol, ruang makan dan
lain sebagainya.
·
Nomina kordinatif (kata benda saling menerangkan),
misalnya sandang pangan, lahir batin, hak dan kewajiban, sarana dan
prasarana, adil dan makmur dan lain sebagainya.
·
Nomina apositif, sebagai keterangan yang diselipkan
atau ditambahkan, misalnya pergi berlibur ke Garut, teman sekamarku,
Aulia dan lain sebagainya.
3. Verba
Ini sama halnya
dengan kelompok nomina di bagi menjadi beberapa kelompok yaitu verma
modifikatif, verba kordinatif dan verba apositif.
4. Nominalisasi
adalah proses
pembentukan nomina atau kata benda dari kelas yang lain dengan menggunakan
istilah tertentu, biasanya sering digunakan pada bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan isi dari penceritaan ulang. Dalam pembetukan nomina biasanya selalu
melibatkan pemberian imbuhan antara lain:
· Sufiks atau akhiran, seperti misalnya akhiran an, at, si, isme, is or dan tas, sebagai contoh misalnya aku sangat menyukai manisan yang dibuat istriku, atau Dia adalah seorang komikus terkenal di dunia dan lain sebagainya.
·
Prefiks atau awalan,
misalnya seperti pe, se, ke, seperti misalnya saya sekantor dengan dia, atau pedagang itu sangat jujur
·
Konfiks atau gabungan awalan dan akhiran,
seperi misalnya ke-an, pe-an dan per-an, misalnya kalimat yang mengandung
kata seperti pengaturan, pertunjukan atau kekayaan dan
lain sebagainya.
·
Infiks atau sisipan, seperti misalnya el
dan er, seperti misalnya kalimat yang mengandung kata
seperti gelembung, seruling, telunjuk dan lain sebagainya.
No comments:
Post a Comment