Tugas 4 Menginterpretasi Makna Teks Pantun

Tugas 4
Menginterpretasi Makna Teks Pantun

Selain dapat melatih kemampuan untuk menangkap dan menanggapi sesuatu secara
cepat, berpantun dapat juga berfungsi untuk menjaga budaya masyarakat, sebab teks
pantun diyakini kerap mencerminkan kehidupan masyarakat penggunanya pada saat
teks tersebut diciptakan.
Tenas Effendi, seorang tokoh budayawan Riau yang tunak menggeluti penelitian
kebudayaan Melayu, berpendapat bahwa hakikat pantun adalah tunjuk ajar, yang di
dalamnya terdapat nilai luhur agama, budaya, dan norma yang dianut masyarakat.
Penyampaian nilai tersebut bervariasi, ada yang melalui kelakar, sindiran, nyanyian, dan
sebagainya, sehingga memunculkan anggapan bahwa pantun Melayu ada yang berisi
tunjuk ajar, ada pula yang hanya hiburan belaka. Padahal, jika disimak dan diteroka,
teks pantun pasti memuat nilai luhur budaya, baik untuk menyindir, membujuk, dan
mendidik manusia.
Oleh sebab itu, dalam menginterpretasikan makna teks pantun tergantung pada
pemahaman dan kecerdasan penerjemahnya. Secara ideal, sebuah teks pantun bersifat
mengingatkan, memberi tunjuk ajar, dan memberi nasihat. Hal ini sesuai dengan
ungkapan yang menyebutkan “hakikat pantun menjadi penuntun”.
Dalam tahapan tugas ini, kalian diajak untuk menginterpretasikan makna teks
pantun, setelah sebelumnya kalian memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks
pantun tersebut.
(1) Perhatikan ketiga bait pantun berikut ini secara saksama.
Jikalau gelap orang bertenun,
bukalah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.
Bila siang orang berkebun,
hari gelap naik ke rumah.
Bila hilang tukang pantun,
habislah lesap petuah amanah.
Kalau pedada tidak berdaun,
tandanya ulat memakan akar.
Kalau tak ada tukang pantun,
duduk musyawarah terasa hambar.
Tahukah kalian mengapa ketika tidak dibacakan pantun, bandar yang besar
menjadi sunyi senyap, tidak ada amanah, dan musyawarah menjadi hambar?
Hal itu terjadi karena di dalam pantun terdapat tunjuk ajar. Selain itu, dengan
menggunakan pantun, kalian dapat berkomunikasi tanpa menyinggung lawan
bicara.
Dapatkah kalian rasakan bahwa dalam menyatakan rasa kasih sayang, benci,
atau tidak suka akan lebih mudah disampaikan melalui pantun daripada diucapkan
secara langsung? Menurut Poedjawijatna, menyampaikan sindiran akan lebih
mudah karena pantun dapat “mencubit tanpa menimbulkan rasa sakit”. Lalu,
dapatkah kalian menafsirkan beberapa bait teks pantun berikut ini?
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat pakaian adat.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi petuah amanat.
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain selendang.
Apa guna orang berpantun,
untuk memberi hukum dan undang.
Apa guna orang bertenun,
untuk membuat kain dan baju.
Untuk apa orang berpantun,
untuk menimba berbagai ilmu.
Kalau hendak berlabuh pukat,
carilah pancang kayu berdaun.
Kalau kurang mengetahui adat,
carilah orang tahu berpantun.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
(2) Agar kalian semakin mahir, cobalah kalian interpretasikan lagi makna teks pantun
berikut ini.
(a) Orang Sibu menunggang kuda,
kuda ditunggang patang tulang.
Masih mau mengaku muda,
Padahal cucu keliling pinggang.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
(b) Burung pipit memakan padi,
burung enggan pergi ke hutan.
Tidak puas di dalam hati,
kalau tidak bersama tuan.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
(c) Buah cempedak di luar pagar,
ambil galah tolong jolokkan.
Saya budak baru belajar,
kalau salah tolong tunjukkan.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
(d) Kayu cendana di atas batu,
sudah diikat dibawa pulang.
Adat dunia memang begitu,
benda yang buruk memang terbuang.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
(e) Orang Bayang pergi mengaji,
Ke Cubadak jalan ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi berani,
Seperti badan tak akan mati.
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________


buku pegangan siswa bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik kelas XI

2 comments:

  1. soalnya doang gimana dah -__________-

    ReplyDelete
  2. sesuai dgn judulny donk.... Tugas... bukan pembahasan/ jawaban dari tugas.

    ReplyDelete