Kalau ada pertanyaan seputar kurikulum ini. Wajar sekali. karena memang kurikulum ini masih sangat baru. Tapi memang terasa aneh kalau sebuah kurikulum yang belum 100%, utuh, dan benar-benar siap dilaksanakan, terkesan dipaksakan untuk diberlakukan.
Entah saya yang terpaksa, entah kurikulumnya yang memang memaksa diri untuk digunakan. Mengapa saya mengatakan itu? Memang saya belum pernah melalui tahapan di mana sebuah kurikulum baru diterapkan, saya belum pernah tahu rasanya saat KTSP masih baru, atau kurikulum lain diterapkan. Mungkin karena itulah, saya sering merasa bertanya-tanya, bahkan merasa tidak puas dengan keadaan saat ini.
Pertanyaan buat diri sendiri dan tetap belum terjawab karena saya simpan:
1. Mengapa kurikulum ini baru clear untuk 3 mapel saja (BI, Matematika, dan sejarah Indonesia)? Saya mengatakan itu tentu memakai dasar. Salah satunya adalah kesiapan silabus dan buku pegangan siswa dan guru hanya terkesan siap untuk 3 mapel tersebut, padahal kita tahu bahwa mapel pada sebuah jenjang tidak hanya untuk 3 mapel tersebut. Kesiapan mapel lain, seperti bahasa Inggris, terkesan disusulkan. Karena memang tidak bersamaan dengan mapel sebelumnya.
2. Apakah kurikulum baru harus melalui tahapan-tahapan seperti itu? Atasan sudah menginstruksikan kita memakai kurikulum itu ( untuk beberapa sekolah) tapi tidak semua mapel sudah siap untuk diterapkan.
3. Mengapa tiap diklat/ workshop, ataupun seminar kurikulum 2013 menurut saya terlalu sering disampaikan revisi seputar kurikulum tsb. Entah RPPnya, silabusnya, atau yang lain. Apakah dulu belum diteliti dan disiapkan secara matang? Kita yang berada di bawah serasa seperti kelinci percobaan yang harus iya, iya, mau tidak mau selalu melakukan dan mengikuti revisi tsb.
4. Mengapa terlalu tergesa-gesa mencoba menerapkan kurikulum ini, padahal kurikulum ini masih "mentah" (menurut saya)? Apakah tidak sebaiknya kalau kurikulum itu digodok dulu, dikaji ulang, disiapkan secara menyeluruh untuk semua mapel dan semua jenjang, baru disodorkan ke bawah untuk diterapkan? Apakah terlalu takut untuk menamakannya kurikulum 2015 atau 2014? menunggu kesiapan kurikulum tersebut? Masih banyak waktu untuk menerapkan sebuah kurikulum, karena generasi muda kita masih berlapis-lapis banyaknya.
5. Mengapa dan mengapa? Masih banyak lagi...
Apakah ada bapak/ ibu/ sdr yang seperti saya ini? Entahlah.
Saya hanya mencoba menuangkan apa yang saya rasakan, dalam tanya yang tak terjawab.
Entah saya yang terpaksa, entah kurikulumnya yang memang memaksa diri untuk digunakan. Mengapa saya mengatakan itu? Memang saya belum pernah melalui tahapan di mana sebuah kurikulum baru diterapkan, saya belum pernah tahu rasanya saat KTSP masih baru, atau kurikulum lain diterapkan. Mungkin karena itulah, saya sering merasa bertanya-tanya, bahkan merasa tidak puas dengan keadaan saat ini.
Pertanyaan buat diri sendiri dan tetap belum terjawab karena saya simpan:
1. Mengapa kurikulum ini baru clear untuk 3 mapel saja (BI, Matematika, dan sejarah Indonesia)? Saya mengatakan itu tentu memakai dasar. Salah satunya adalah kesiapan silabus dan buku pegangan siswa dan guru hanya terkesan siap untuk 3 mapel tersebut, padahal kita tahu bahwa mapel pada sebuah jenjang tidak hanya untuk 3 mapel tersebut. Kesiapan mapel lain, seperti bahasa Inggris, terkesan disusulkan. Karena memang tidak bersamaan dengan mapel sebelumnya.
2. Apakah kurikulum baru harus melalui tahapan-tahapan seperti itu? Atasan sudah menginstruksikan kita memakai kurikulum itu ( untuk beberapa sekolah) tapi tidak semua mapel sudah siap untuk diterapkan.
3. Mengapa tiap diklat/ workshop, ataupun seminar kurikulum 2013 menurut saya terlalu sering disampaikan revisi seputar kurikulum tsb. Entah RPPnya, silabusnya, atau yang lain. Apakah dulu belum diteliti dan disiapkan secara matang? Kita yang berada di bawah serasa seperti kelinci percobaan yang harus iya, iya, mau tidak mau selalu melakukan dan mengikuti revisi tsb.
4. Mengapa terlalu tergesa-gesa mencoba menerapkan kurikulum ini, padahal kurikulum ini masih "mentah" (menurut saya)? Apakah tidak sebaiknya kalau kurikulum itu digodok dulu, dikaji ulang, disiapkan secara menyeluruh untuk semua mapel dan semua jenjang, baru disodorkan ke bawah untuk diterapkan? Apakah terlalu takut untuk menamakannya kurikulum 2015 atau 2014? menunggu kesiapan kurikulum tersebut? Masih banyak waktu untuk menerapkan sebuah kurikulum, karena generasi muda kita masih berlapis-lapis banyaknya.
5. Mengapa dan mengapa? Masih banyak lagi...
Apakah ada bapak/ ibu/ sdr yang seperti saya ini? Entahlah.
Saya hanya mencoba menuangkan apa yang saya rasakan, dalam tanya yang tak terjawab.
No comments:
Post a Comment