Menulis Puisi Lama


Pernahkah Anda membaca puisi lama? Puisi yang lahir di tengah
masyarakat mengalami perkembangan hingga zaman sekarang.
Namun, kita juga harus memahami bahwa puisi yang ada sekarang
tidak terlepas dari puisi masa lampau atau biasa kita sebut puisi lama.
Salah satu puisi lama yang mungkin Anda kenal sekarang adalah
pantun. Sekarang, dapatkah Anda membedakan antara pantun dengan
puisi? Anda dapat memahaminya lewat bait, irama, dan rima. Bait dalam
puisi merupakan syarat-syarat yang berlaku untuk jenis puisi tersebut.
Jumlah bait menyangkut jumlah kata dan larik dalam puisi. Hal inilah yang
menjadi ciri utama dari karya puisi lama.
Selanjutnya, rima merupakan bunyi yang berselang atau berulang,
baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Adapun
irama menyangkut paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas.
Irama mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana, serta nuansa
makna tertentu. Timbulnya irama itu selain akibat penataan rima, juga
akibat pemberian intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan
pembacaan puisi. Dalam pelajaran ini, Anda akan berlatih memahami dan menulis
puisi dengan mengetahui ciri-ciri puisi lama. Salah satu puisi lama adalah
pantun. Pantun sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pantun merupakan
puisi lama yang biasanya dipakai masayarakat untuk menyampaikan
sesuatu. Pantun memilki ciri-ciri tertentu yang terkait dengan kaidah
bait, rima, dan irama.
Agar lebih jelas, perhatikan ciri-ciri pantun berikut.
1. memiliki 4 baris, di mana dua baris berisi sampiran dan dua
baris lagi merupakan isi;
2. antara baris ke-1, 2, 3, dan 4 berpola a,b,a,b;
3. setiap baris terdiri antara 8 sampai 9 suku kata;
4. setiap baris terdiri atas 4 kata.

Dari isinya, pantun dibedakan dalam beberapa macam, yakni
pantun anak-anak, pantun nasihat, dan pantun muda-mudi.
Selain pantun, karya sastra puisi lama adalah talibun, seloka,
gurindam, syair, dan karmina.
1. Talibun
Talibun termasuk pantun juga, tetapi memiliki jumlah baris
tiap bait lebih dari empat baris. Misalnya enam, delapan, sepuluh.
Talibun juga mempunyai sampiran dan isi
2. Seloka
Seloka disebut pula pantun berbingkai. Kalimat pada baris ke-2
dan ke-4 pada bait pertama diulang kembali pengucapannya pada
kalimat ke-1 dan ke-3 pada bait kedua.

3. Gurindam
Gurindam terdiri atas dua baris dalam setiap bait. Kedua baris
itu berupa isi, berumus a-a, dan merupakan nasihat atau sindiran.
Pengarang gurindam yang terkenal, yaitu Raja Ali Haji yang mengarang
Gurindam Dua Belas.

4. Syair
Menurut para ahli, syair masuk ke Indonesia (Melayu) bersamaan
dengan masuknya agama Islam. Bentuk syair paling tua
dalam sejarah kesusastraan Indonesia adalah sebuah syair berbentuk
doa yang tertera di sebuah nisan raja di Minye Tujoh, Aceh. Syair
tersebut menggunakan bahasa campuran, yaitu bahasa Melayu
Kuno, Sanskerta, dan Arab.
Ciri-ciri syair adalah sebagai berikut:
a. terdiri atas empat larik (baris) tiap bait;
b. setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan;
c. semua baris merupakan isi (dalam syair tidak ada sampiran);
d. sajak akhir tiap baris selalu sama (aa-aa);
e. jumlah suku kata tiap baris hampir sama (biasanya 8–12 suku
kata);
f. isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng, atau cerita

5. Karmina
Bentuk karmina seperti pantun, tetapi barisnya pendek, yaitu
hanya terdiri atas dua baris. Dengan demikian, karmina sering
disebut sebagai pantun kilat atau pantun singkat. Karmina biasanya
digunakan untuk menyampaikan suatu sindirian ataupun ungkapan
secara langsung.

Adapun ciri-ciri karmina adalah sebagai berikut:
a. memiliki larik sampiran (satu larik pertama);
b. memiliki jeda larik yang ditandai oleh koma (,);
c. bersajak lurus (a-a);
d. larik kedua merupakan isi (biasanya berupa sindiran).

sumber: BSE





No comments:

Post a Comment