asal-usul telaga sarangan


"Disebuah dusun di lereng Gunung Lawu hiduplah seorang petani bersama istrinya yang bernama Kyai Jalilung dan Nyai Jalilung. Kesehariannya bercocok tanam di ladang. Seperti biasa setiap hari Nyai Jalilung mengantarkan makanan untuk suaminya.

Pada suatu hari saat Kyai Jalilung sedang mencangkul di ladang, ia menanti-nanti istrinya yang tak kunjung datang padahal hari sudah beranjak siang. Karena merasa lapar Kyai Jalilung pun mencari makanan yang bisa dimakan, dan akhirnya menemukan sebutir telur di dekan pancuran air.

Oleh Kyai Jalilung telur itupun dibakar dan dimakan, baru menyantap setengahnya ia sudah merasa sangat kenyang. Tak lama kemudia datanglah Nyai Jalilung membawa makanan. Kepada istrinya Kyai Jalilung menceritakan telah memakan separo telur dan merasa sangat kenyang. Sang istri pun jadi penasaran dan ikut memakan yang sisanya.

Saat keduanya sudah memakan telur itu kejadian aneh pun menimpanya, keduanya merasa panas lalu menceburkan diri di pancuran air. Seketika itu juga keduanya berubah wujud menjadi ular naga. Karena besarnya ular naga, pancuran air yang awalnya kecil berubah menjadi telaga yang sekarang dikenal dengan nama Telaga Sarangan." Demikian dikisahkan oleh Mbah Supar Sastrodiharjo sesepuh adat Telaga Sarangan."
sumber : tabloidpamor.com

dikutip dr: http://www.cumaseo.com/2012/06/legenda-terbentuknya-telaga-sarangan.html

No comments:

Post a Comment