A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat
yang Santun dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk
mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan
bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak
resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata,
bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak
resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab
(konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan
kalimat yang baku.
Perhatikan contoh berikut!
1. Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di
tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami
2. Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang
tahunku!
3. Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk menuhin
undangan gue.
Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik
pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal
kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedangkan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab.
Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan
bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam
kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan
komunikasi yang efektif dan lancar.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika
berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya
dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung perasaan orang lain.
Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau
lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan
memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta
suasana yang lebih nyaman.
B. Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi
Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan
berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang mendengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan
komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses
pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan.
Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam
berkomunikasi antara lain seperti berikut
1. Menghargai mitra bicara.
Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan
bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan
hargai.
2. Peka terhadap kesempatan
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi
satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan
mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam
untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancar
dan nyaman.
3. Sadar akan relevansi pembicaraan.
Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika
pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi
yang efektif dan lancar.
4. Memilih kata yang tepat
Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang
santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan
kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi
apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari
kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan
pihak yang diajak bicara.
C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi
Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi
berikut.
(1) Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di
pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar.
(2) Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka,
dan di dunia kerja.
(3) Film atau sinetron
(4) Naskah drama dan pementasan drama
Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi.
1. Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas
sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan
keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk
dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus
memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut.
a. Unsur-Unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut.
(1) Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan memper-siapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur
jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
(2) Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah
yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal
sampai akhir.
(3) Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pembahasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung
peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu
persoalan.
(4) Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan
lain-lain.
b. Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut.
(1) Diskusi kelompok, adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di
dalam kelas untuk membahas suatu masalah.
(2) Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang
(yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi
perhatian umum di hadapan khalayak/pendengar,penonton.
Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan
pendapat.
(3) Seminar, adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di
bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar)
(4) Simposium, adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang
mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang
beberapa aspek dari topik yang sama.
(5) Kongres, adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan
dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah.
(6) Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau
bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
(7) Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk
membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan
pelaksanaan di bidang keahliannya.
(8) Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang
tertentu
c. Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk
tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana.
Susunan tempat duduk dalam diskusi dapat dilihat pada skema berikut.
X
- 85 -
Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah
secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah,
membuat keputusan, atau kesimpulan. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, yaitu
sebagai berikut:
1). Unsur-unsur Diskusi
Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, yaitu:
a. Pemimpin / Moderator bertugas merencanakan dan mempersiapkan dengan teliti topik
diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi.
b. Sekretaris bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta,
saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir.
c. Penyaji / pemakalah / pemasaran bertugas menyampaikan pembahasan dengan sistematis,
mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam
meninjau suatu persoalan.
2). Jenis-jenis diskusi
Berdasarkan ruang lingkupnya diskusi dibedakan menjadi:
a. Diskusi kelompok adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di dalam kelas untuk
membahas suatu masalah.
b. Diskusi panel adalah jenis diskusi dengan menampilkan beberapa penulis dan dipimpin
seorang moderator.
c. Seminar adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah yang mencakup berbagai
disiplin ilmu atau berbagai kegiatan di masyarakat.
d. Simposium adalah pertemuan untuk mendiskusikan suatu kumpulan pendapat mengenai
pokok masalah tertentu.
e. Kongres adalah pertemuan wakil organisasi untuk membahas suatu masalah.
f. Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding dan bertukar pendapat atau
pertemuan untuk berunding mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
g. Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk menghasilkan atau
memutuskan suatu modul, pendapat atau karya bersama.
h. Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para
ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.
3). Teknik dan Tahapan dalam diskusi
Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah
bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana. Susunan tempat duduk dalam diskusi
dapat dilihat pada skema tersebut:
Keterangan gambar
X Æ Pimpinan Diskusi
S Æ Peserta Diskusi
Æ Pendengar
MEJA
MEJA MEJA
X
X
X
S S S S S
S
S
S
S S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S S S
S
S
S
S S S S S
X
Keterangan gambar
X → Pimpinan Diskusi
S → Peserta Diskusi
Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan atau penampilan.
1) Tahapan Persiapan
a. Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh
kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan.
b. Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika
pembicara lebih dari satu.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi.
a) Pembukaan
Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan
disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara.
Contoh ucapan moderator:
1. Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan ....
2. Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa ....
3. Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara
... notulis Saudara ....
b) Pelaksanaan diskusi
Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan
pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari
pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati
Contoh ucapan moderator:
1. Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya.
Contoh Ucapan penyaji :
1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator
kepada saya untuk ....
c) Acara tanya jawab
Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta mengajukan pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin
diskusi, pembicara/penyaji.
Contoh ucapan moderator:
1. Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan,
pendapat atau tanggapannya.
2. Penanya pertama silakan ....
3. Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik
(peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan
kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya)
Contoh ucapan peserta :
1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator.
Pertanyaan saya yaitu ....
2. Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat
saya ....
3. Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan
....
4. ... demikian usulan dari saya.
Contoh ucapan penyaji:
1. Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya
sebagai berikut .....
2. Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang ....
d) Penutup
Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung
oleh pemimpin diskusi.
2. Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama
Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau
dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog
disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama.
Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk
mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isi
drama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran
pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat
menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan
(improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi
tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi
dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam
drama adalah seperti berikut.
a. Teknik Berdialog
Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus
menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak
dibuat-buat.
b. Mimik
Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena
senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat
marah.
c. Intonasi
Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada
tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada
menaik atau menurun.
Pola gilir juga dapat dilakukan dalam membawakan acara. Untuk acara
hiburan yang cukup banyak dan panjang, biasanya dipandu oleh dua orang
MC atau pembawa acara. Kedua pembawa acara tersebut saling bergantian
berbicara mengantarkan setiap acara yang akan dipertunjukkan dan
mengomentarinya. Dalam memberikan pengantar atau komentar, dapat
diterapkan pola gilir agar tak terjadi saling ingin bicara dan mendominasi.
No comments:
Post a Comment