PENGUMUMAN (BERKENAAN DENGAN TUGAS AKHIR TENGAH SEMESTER GENAP) BAHASA INDONESIA

SETIAP SISWA YANG AKAN MENGERJAKAN TUGAS AKHIR TENGAH SEMESTER GENAP HARUS MENJADI ANGGOTA BLOG BINDOX. 
BILA BELUM MENJADI ANGGOTA BINDOX, KOMENTAR TIDAK DAPAT MASUK BLOG INI. 
TERIMAKASIH. 

TUGAS AKHIR TENGAH SEMESTER GENAP (TAHUN PELAJARAN 2011/2012)

1. PERSYARATAN MENGERJAKAN TUGAS:
SELURUH SISWA (SECARA INDIVIDU) HARUS MENGISI PRESENSI (DAFTAR KEHADIRAN) DENGAN CARA MENJADI ANGGOTA/MEMBER BLOG INI (BAGI SISWA YANG SUDAH MENJADI ANGGOTA BLOG INI TIDAK PERLU MENCANTUMKAN NAMA LAGI)
CARA MENJADI ANGGOTA/MEMBER: SIGN IN DI BAWAH KOLOM ANGGOTA

2. BUATLAH SEBUAH TULISAN/KARANGAN SINGKAT (MINIMAL 20 KALIMAT) DENGAN TEMA BERIKUT INI:
 

    KELAS X TPA:
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
    BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     BAHASA INDONESIA CERMIN KEPRIBADIAN BANGSA

    KELAS X TPB: 
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
    BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK BANGSA


     KELAS X TPC:
     TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
     BAHASA INDONESIA CERMIN BUDAYA BANGSA
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

    KELAS X TPD:
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
     BANGGA BERBAHASA INDONESIA
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     GUNAKAN BAHASA INDONESIA DENGAN SANTUN


     KELAS X GBA:
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
     CINTA BAHASA INDONESIA
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERSATUAN


    KELAS X GBB:
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
     BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
    PERERAT PERSATUAN DAN KESATUAN DENGAN BAHASA INDONESIA

    KELAS X GBC:
    TEMA BAGI SISWA BERNOMOR ABSEN GANJIL:
     MEMELIHARA DAN MENGEMBANGKAN BAHASA INDONESIA
    TEMA BAGI SISWA YANG BERNOMOR ABSEN GENAP:
     MENJUNJUNG BAHASA INDONESIA

3. KARANGAN DITULIS PADA KOLOM KOMENTAR. PALING LAMBAT TANGGAL 2 APRIL    2012. KARANGAN DISERTAI NAMA SISWA, NO ABSEN DAN KELAS.

4. BAGI SISWA YANG TERLAMBAT/TIDAK MENGERJAKAN TUGAS TIDAK AKAN MENDAPAT NILAI TUGAS AKHIR TENGAH SEMESTER GENAP.


TERIMAKASIH.

Kata pengantar (contoh)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Dikutip dr: http://www.sarjanaku.com/2011/05/contoh-kata-pengantar-yang-baik.html

Memo


Memo merupakan pesan ringkas, yakni pesan yang ditulis seseorang dengan singkat, jelas, dan mudah untuk dipahami. Menurut pemakaiannya, memo ada yang bersifat resmi dan bersifat pribadi (tidak resmi). Memo bersifat resmi dipakai sebagai surat pernyataan dalam hubungan resmi dari seorang pimpinan kepada bawahannya. Memo bersifat pribadi dipakai sebagai nota atau surat pernyataan tidak resmi antar temansaudara, atau orang lain yang memiliki hubungan akrab.


Ciri-ciri

  1. Surat khusus yang dibuat khusus untuk keperluan dalam kantor atau organisasi
  2. Dilihat dari peredarannya, sebuah kantor atau organisasi dapat menyampaikan memo secara horizontal maupun secara vertikal
  3. Penyampaian secara horizotal merupakan penyampaian memo kepada pihak yang memiliki jabatan setara
  4. Penyampaian secara vertikal merupakan penyampaian memo dari atasan kepada bawahan atau sebaliknya untuk mengingatkan atau memerintahkan sesuatu
  5. Merupakan bentuk komunikasi yang berisi saran, arahan, atau penerangan mengenai sesuatu hal
  6. Memiliki bagian surat yang lebih sederhana dibandingkan dengan surat resmi pada umumnya, terutama dalam isi surat.
  7. Karena pedarannya yang terbatas, memo biasanya tidak mencantumkan identitas kantor, seperti nama kantor, nomor telepon, faksimili, dan kode pos, secara lengkap.


Ciri-ciri bentuk memo

Bentuk memo terdiri atas dua bagian:
  • Kepala Memo
    • Penerima
    • Pengirim
    • Perihal dan tanggal pengimin
    • Paraf dan nama terang pengirim

Gagasan pokok

Menemukan ide pokok paragraf merupakan sutau kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Keterampilan menemukan ide pokok bisa dilatih dan dikembangkan secara teratur dan berkesinambungan sehingga menangkap inti bacaan atau informasi yang diterimanya menjadi tepat, akurat, dan cermat.

Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang lain. Oleh sebab itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain (menyubordinasi gagasan lain). Gagasan-gagasan lain yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.

Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, berdasarkan pola penalaran dan pola pengembangannya. Bila dilihat dari segi pola penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. Lain halnya bila kita lihat dari pola pengembangannya, tipe paragraf dapat berupa paragraf definisi, paragraf contoh, paragraf sebab-akibat(kausalitas), paragraf perbandingan (persamaan-perbedaan), paragraf pertentangan, paragraf kronologi, dan sebagainya.

Pola penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas. Pola penalaran induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik kesimpulan umum. Hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis, seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan untuk menarik kesimpulan. Secara logis, berdasarkan beberapa, banyak, atau semua data, pembaca digiring ke suatu kesimpulan umum atas peristiwa atau hal-hal tersebut. Pola penyimpulan bisa secara induktif, generalisasi, bahkan analogi. 

Bila kita memenukan gagasan pokok berdasarkan pola penalarannya, ide pokok terdapat di kalimat awal atau di akhir paragraf. Perlu diketahui bahwa kalimat awal atau akhir paragraf bisa saja merupakan kalimat majemuk bertingkat, bahkan mungkin kompleks. Namun, inti gagasan terdapat pada induk kalimatnya, yakni unsur S-P (O)/(Pel.), sedangkan berdasarkan pola pengembangannya, ide pokok paragraf biasanya berada di awal paragraf.

Yang sering membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata berkesinambungan dalam semua kalimat paragraf tersebut. Oleh sebab itu, pembaca harus pandai menemukan kata-kata kunci (key words) paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan kalimat ide pokok.

Berbagai bentuk evaluasi, mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi, tipe soal menentukan ide pokok atau inti gagasan pasti kita temukan. Hal itu bisa kita temukan pula dalam ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum, ulangan semester, ulangan kenaikan, bahkan ujian nasional serta tes ke perguruan tinggi. Oleh karena iu, kepandaian menemukan ide pokok bisa ditingkatkan dan dilatih dengan cara membiasakan dan meningkatkan terus keamampuan membaca. Berlatih dan terus berlatih demi kemajuan kita semua. 

Sumber bacaan untuk berlatih kita dapat menemukannya dalam berbagai bentuk dan corak, asalkan bersifat edukatif, intelektual, dan rasional. Kemajuan teknologi informasi dapat kita manfaatkan untuk hal ini sejalan dengan pengembangan wawasan kita sendiri. Membaca merupakan hal yang signifikan dalam kehidupan kita manakala kita menjadi individu masyarakat yang semakin meningkat taraf kualitas pribadi dan peradabannya. 



dikutip dr: http://latihanmenemukanidepokok.blogspot.com/

Kutipan langsung


Kutipan langsung adalah kutipan yang dikutip oleh seorang penulis secara literal huruf demi huruf, kata demi kata, atau kalimat demi kalimat dari teks lain dan dimasukkan secara persis sama ke dalam teks yang ditulisnya.
Kutipan langsung juga dapat dikutip dari sumber tertulis dan dari sumber lisan atau sumber tak tertulis. Pengutipan dengan menggunakan sumber tak tertulis lebih lemah daripada kutipan dari sumber tertulis. Untuk memperkuat kutipan lisan, penulis dapat menyalin kutipan langsung dan meminta pengesahan dari si pembicara lisan itu bahwa memang dia yang mengucapkan kata-kata tersebut. Pengesahakan dapat dilakukan menggunakan paraf, tanda tangan, atau bahkan segel atau materai.
Dalam bahasa-bahasa modern, kutipan langsung dituliskan di dalam tanda kutip ganda ("...") dan diakhir dengan teks sumber yang dikutip itu beserta tahunnya bila dimasukkan dalam kalimat atau ditampilkan dalam bentuk blok, bila berdiri sendiri. Dalam bahasa-bahasa kuno, aturan tata bahasa semacam itu tidak ada, karena tanda baca semacam tanda kutip ganda belum dikenal. Dalam naskah Injil kuno, kutipan langsung juga tidak dibedakan dari kutipan tidak langsung, karena dalam bahasa Yunani Kuno tidak dikenal sama sekali tanda baca, bahkan spasi antar kata pun belum dikenal.
Contoh kutipan langsung:
  1. Kenyataannya, Rumelhart menyatakan bahwa skemata adalah "benar-benar blok konstruksi kognisi" (1981: 33).
  2. Saya berani menyatakan kepada anda bahwa skemata adalah "benar-benar blok konstruksi kognisi" (Rumelhart, 1981: 33).
  3. Tapi, apakah sebenarnya skemata itu?
    Skemata adalah benar-benar blok konstruksi kognisi" (Rumelhart, 1981: 33).
Biasanya, kutipan yang dijadikan blok tersendiri adalah kutipan yang panjangnya lebih dari 3 baris. Namun dalam kasus-kasus tertentu semisal dalam situs ini, kebiasaan tersebut tidak diikuti. Bahkan kutipan 1 kalimat pun dibuat menjadi blok kutipan dan bahkan diberi warna untuk mencuri perhatian pembaca secara lebih lagi dan untuk memisahkan antara tegas antara kutipan dan bukan kutipan.



Catatan kaki


Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.


Sistematika penulisan

  1. Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
  2. Catatan kaki diketik berspasi satu.
  3. Diberi nomor.
  4. Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
  5. Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
  6. Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
  7. Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
  8. Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
  9. Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
  10. Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
  11. Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
  12. Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.

RAMBU-RAMBU MENGERJAKAN TUGAS AKHIR TENGAH SEMESTER GENAP

CATATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN:


1. TUGAS BERUPA TULISAN (KARANGAN) SINGKAT. TULISAN (KARANGAN) SINGKAT MINIMAL TERDIRI DARI 20 KALIMAT. BILA KURANG DARI ITU NILAI DIANGGAP BELUM MENCAPAI KKM.


2. SEBAGAI SYARAT MENGERJAKAN TUGAS, SISWA HARUS MENGISI PRESENSI(ABSEN) DENGAN CARA SIGN IN PADA KOLOM "ANGGOTA" HAL INI DIMAKSUDKAN SUPAYA: 
1. SISWA SUDAH MASUK DAFTAR ANGGOTA SEHINGGA MEMUDAHKAN PENILAIAN
2. BESOK KALAU ADA TUGAS ATAU TES MERLALUI BLOG, SUDAH TIDAK PERLU ABSEN LAGI.

Polisemi


Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
  • Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan)
  • Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah=yang berada dalam tubuh)
Perhatikan kata darah pada kalimat a berarti keluarga (makna konotasi), sedangkan darah pada kalimat b berarti zat merah dalam tubuh kita (makna denotasi).

Penyuntingan bahasa


Menjadi seorang penyunting (editor) ternyata bukanlah tugas yang biasa saja. Jika ingin menyandang jabatan itu, seseorang harus memikirkan bahwa dia memiliki tanggung jawab untuk melengkapi dirinya dalam dunia yang luas, yaitu dunia literatur. Jadi, seorang penyunting tidak hanya bermodal ejaan yang baik dan benar saja, akan tetapi harus memiliki "beban" sebagai seorang penyunting yang baik dan benar pula.



"Buku Pintar Penyuntingan Naskah" yang ditulis oleh Pamusuk Eneste benar-benar dapat dijadikan salah satu referensi bagi para penyunting, khususnya yang baru saja menggeluti bidang ini. Isinya tidak hanya hal-hal teknis seputar penyuntingan, akan tetapi beberapa bab menjelaskan mengenai tugas-tugas, syarat, dan hal-hal yang harus diperhatikan seorang editor. Bagian-bagian tersebut dapat membangkitkan semangat untuk lebih mengembangkan diri atau untuk menguji apakah saat ini seseorang telah menjadi editor yang baik dan benar.
Berikut ini bebarapa syarat untuk menjadi seorang editor yang dituliskan Pamusuk Eneste dalam "Buku Pintar Penyuntingan Naskah".
  1. Menguasai ejaan.
    Harus paham benar ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain) harus dipahami benar. Bagaimana bisa memperbaiki naskah orang lain jika tidak memahami seluk beluk ejaan bahasa Indonesia.
  2. Menguasai tatabahasa.
    Seorang editor harus menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas, tahu kalimat yang baik dan benar, kalimat yang salah dan tidak benar, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.
  3. Bersahabat dengan kamus.
    Seseorang yang malas membuka kamus sebetulnya tidak cocok menjadi penyunting naskah karena ahli bahasa sekalipun tidak mungkin menguasai semua kata ag ada dalam satu bahasa tertentu, apalagi kalau berbicara mengenai bahasa asing.
  4. Memiliki kepekaan bahasa.
    Peyunting naskah harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan maa kata yang sebaiknya dipakai, harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu digunakan atau dihindari. Untuk itu seorang penyunting naskah peru mengikuti tulisan-tulisan pakar bahasa atau kolom bahasa yang ada di sejumlah media cetak.
  5. Memiliki pengetahuan luas.
    Harus banyak membaca buku, majalah, koran, dan menyerap informasi dari media audiovisual agar tidak ketinggalan informasi.
  6. Memiliki ketelitian dan kesabaran.
    Dalam keadaan apapun, ketika menjalankan tugasnya seorang editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang digunakan penulis naskah. Ia juga harus sabar menghadapi setiap naskah, karena proses penyuntingan itu memakan proses yang berulang-ulang.
  7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi.
    Penyunting naskah harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti dengan kata lain. Dalam hal ini seorang penyunting harus peka terhadap hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
  8. Memiliki keluwesan.
    Sikap luwes dan supel harus dimiliki seorang penyunting naskah karena akan sering berhubungan dengan orang lain. Penyunting harus bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan keluhan. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok menjadi penyunting naskah.
  9. Memiliki kemampuan menulis.
    Hal ini perlu dimiliki seorang penyunting naskah karena kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar tentu kita pun akan sulit membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.
  10. Menguasai bidang tertentu.
    Ada baiknya jika seorang penyunting naskah menguasai salah satu bidang keilmuan tertentu karena akan sangat membantu dalam tugasnya sehari-hari.
  11. Menguasai bahasa asing.
    Dalam tugasnya, seorang penyunting naskah akan berhadapan dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Minimal, seorang penyunting naskah dapat menguasai bahasa Inggris secara pasif. Artinya dapat membaca dan memahami teks bahasa Inggris.
  12. Memahami kode etik penyuntingan naskah.
    Berikut beberapa kode etik penyuntingan naskah yang ada dalam buku ini.
    1. Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah.
    2. Editor bukanlah penulis naskah.
    3. Wajib menghormati gaya penulis naskah.
    4. Wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya.
    5. Wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah.
    6. Tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau telah ditulisnya.
Buku pintar ini juga memberikan tuntunan kepada para penyunting tentang pentingnya setiap proses penyuntingan. Seperti, proses Pra penyuntingan naskah yang meliputi pengecekan kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, bagian-bagian bab, ilustrasi/tabel/gambar, catatan kaki, informasi mengenai penulis, dan membaca naskah secara keseluruhan.
Dalam proses penyuntingan itu sendiri, yang perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama oleh penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
Tidak kalah pentingnya juga proses pasca penyuntingan naskah. Dalam proses ini setiap editor harus memeriksan kembali kelengkapan naskah, nama penulis, kesesuai daftar isi dan isi naskah, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata pengantar, sistematikan tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka, daftar kata/istilah, lampiran, indkes, biografi singkat, sinopsis, nomor halaman, sampai siap diserahkan kepada penulis atau penerbit.
Ternyata tidak begitu sederhana juga tugas seorang penyunting naskah itu, bukan? Semua membutuhkan kemauan dan kerja keras untuk dapat menjdi penyunting yang baik dan benar. Semua kerja keras itu bahkan tidak boleh berhenti pada satu puncak, harus terus ditingkatkan hari demi hari.


Tata Kalimat dalam bahasa Indonesia


I. PENGENALAN INTIFRASE UNTUK MENGETAHUI INTI MAKNA
Frase: Satuan gramatikal (himpunan kata) yang merupakan kesatuan linguistik dan
tidak melebihi fungsi S, P, O, dan K.


Untuk mengetahui intifrase tidaklah sulit, demikian pula untuk mengetahui inti makna,
keduanya saling berkait dan saling bersesuaian. Dimana titik (inti) makna berada
disitulah intifrasenya.
Jadi untuk mengetahui inti frase harus dipahami dulu makna frase tersebut :



Contoh:
1. selalu banyak alasan
2. rumah yang indah
3. tidak jadi pergi
4. orang yang tinggi besar
5. cantik sekali


II. PERBANDINGAN POLA PEMBENTUKAN FRASE
Pola frase yang sering dibahas dan ditanyakan dalam tes-tes, berdasarkan kelas atau
jenisnya :
- Frase Nominal : - gedung sekolah
- surat kabar harian
- pertunjukan drama


- Frase Verbal



- Frase Adjektival


- Frase Adverbial


: - sedang makan
- sudah pergi
- terlalu belajar
: - sangat cantik
- agak malas
- terlalu berat
: - kemarin siang
- tadi malam
- bulan depan

- Frase Preposisional : - di Jakarta
- dari Surabaya
- untuk adiknya


III. PERBANDINGAN POLA KALIMAT

1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari unsur inti (S, P) atau satu klausa saja.

Contoh:





• Ayah seorang guru SMP.
• Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat.
• Ibu sakit.
Ketiga contoh di atas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada
contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas namun tidak sampai membentuk pola
kalimat baru.
2. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan keduanya saling
bergantung atau sama derajatnya.
Contoh:
• Ayah membaca buku, Ibu memasak di dapur.
• Tuti tidak senang bernyanyi, tetapi ia senang musik.
• Rudi tidak saja melihat, bahkan ia yang pertama kali menolong korban itu.
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat yang terdiri dari dua atau lebih unsur inti (rangkaian S, P) dan salah satu
unsurnya menjadi bagian dari unsur yang lain.
Contoh:
• (Karena) ibu sakit, ayah memasak.
• Toni datang (ketika) saya sedang mandi.
• (Walaupun) orangya melarang, ia tetap berangkat.
Keterangan :
1. Klausa yang dilekati konjungsi dinamakan anak kalimat, sedang yang tidak dilekati
dinamakan induk kalimat.
2. Perbandingan pola kalimat berdasarkan jenis kata atau fungsi dapat anda ingat pola
dasar kalimat bahasa Indonesia.


IV. PENENTUAN POLA KALIMAT INTI DALAM KALIMAT LAIN

Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkaian unsur inti (S, P). Perluasan dari kalimat
tunggal biasanya tidak melampaui batas (S, P) atau tidak membentuk pola kalimat
baru.

Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut :
Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku.
Kalimat intinya: Orang itu pamanku.
Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
Kalimat intinya: Ia berlari.

Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa gatra/jabatan kalimat terbagi sebagai
berikut:
- Gatra inti: Subjek dan Predikat
- Gatra tambahan: Objek (tambahan erat), Keterangan (tambahan longgar).
Dengan demikian penentuan kalimat inti segera dapat diketahui dengan mengambil
Subjek dan Predikat intinya.




Adapun ciri-ciri kalimat inti adalah sebagai berikut :
• bersusun S/P
• terdiri atas dua kata (S bisa ditambah ini, itu)
• kalimat berita
• positif
Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat inti dari kalimat perluasan
adalah rangkaian dari subjek inti (yang dipokokkan) dengan predikat inti (yang
menerangkan pokok).


V. PENENTUAN KEEFEKTIFAN KALIMAT

Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.

Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.

Bandingkan :
• Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
• Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
• Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
• Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
• Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
• Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?


VI. PERLUASAN KALIMAT DAN TRANSFORMASI KALIMAT

1. Perluasan Kalimat
Perluasan kalimat, diawali dari kalimat yang mengandung dua unsur pusat, kemudian
ditambah satu unsur tambahan atau lebih.
Ayah mengetahui hal itu
S P O

Kalimat ini adalah perluasan dari Ayah mengetahui
S P
Karena predikatnya tergolong transitif, maka kehadiran objek menjadi wajib.
Apabila kalimat tersebut diperluas, bisa menjadi kalimat majemuk bertingkat seperti :
Ayah mengetahui bahwa aku menikah
S P O
S/P

2. Transformasi Kalimat
Kalimat Transformasi : kalimat yang telah berubah struktur gramatikalnya dari kalimat
inti menjadi struktur gramatikal baru.




Transformasi kalimat bisa ditempuh dengan cara :
a. Perluasan : Kami pergi. (inti)
Kami belum akan pergi ke sana. (transformasi) → kalimat luas.
b. Pengurangan : Kota ini indah. (inti)
Kota ini. (transformasi) → kalimat Elips.
c. Permutasi : Siti belajar. (inti)
Belajar Siti. (transformasi) → kalimat Inversi.
d. Pengubahan : Ibu sakit. (inti)
Ibu Sakit ? (transformasi) → kalimat Tanya
Budi turun ! (transformasi) →kalimat Perintah


VII. KATA PENGHUBUNG KALIMAT


• tetapi, meskipun, walaupun, namun
• atau
• bahkan, sekalipun
• dan
• sehingga


VIII. FUNGSI KATA DALAM KALIMAT

• sejak, lalu, kemudian, seketika itu


: mempertentangkan
: memilih
: menguatkan
: menambah, menyetarakan
: menyimpulkan




: waktu

• dimana, di sana, di dalam
• untuk, agar, supaya
• karena, sebab


: tempat
: fungsi
: sebab-akibat




Kalimat Langsung



Kalimat langsung (direct sentence) adalah kalimat yang dikutip dari perkataan seseorang. Kalimat langsung memuat peristiwa atau kejadian dari sumber lain dengan mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut.


Contoh :


Ibu berkata kepada Budi, "Kamu memang anak baik."


Kalimat "Kamu memang anak baik" adalah kalimat langsung.


Kalimat "Ibu berkata kepada Budi" adalah kalimat pengiring.


Kalimat langsung selalu berada di dalam sepasang tanda kutip ganda ("...") dan intonasi kalimat langsung umumnya lebih tinggi daripada intonasi kalimat pengiring. Pemisah antara kalimat langsung yang berada dalam tanda kutip ganda dan kalimat pengiring adalah tanda koma (,) atau tanda titik dua (:). Tanda titik dua (:) sebagai pemisah jarang digunakan dan tidak baku.


Bila kalimat pengiring berada di belakang kalimat langsung, maka kalimat langsung yang berbentuk kalimat berita diakhiri dengan tanda koma (,).


Contoh:


Ibu berkata kepada Budi, "Kamu memang anak baik."


"Kamu memang anak baik," kata ibu kepada Budi.
Kalimat pengiring juga dapat diletakkan sebelum dan sesudah kalimat langsung.
Contoh:
Ibu berkata kepada Budi, "Kamu memang anak baik," lalu melangkah pergi.
Selain itu, kalimat langsung juga bisa mengapit kalimat pengiring.
Contoh:
"Kamu dipanggil guru," kata Andri menyeringai, "mau dimarahi."
Dalam jenis susunan ini, huruf kapital pada kalimat langsung hanya digunakan pada kalimat langsung yang pertama (yang sebelum kalimat pengiring).




Tambahan penjelasan: 
Kalimat langsung adalah : Kalimat hasil kutipan pembicaaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.
Contoh :
Kata Desmon,” 
Anggel nanti pulangnya saya antar!”
“Anggel Nanti pulangkanya kamu saya antar ya?” kata Desmon.
Kata Desmon disebut kalimat pengiring.
Jikapengiring di belakang perhatikan tanda baca sebelum tanda kutib( Jika kalimat tanya dan perintah sebelum tanda kutib menggunakan tanda ? atau ! jika kalimat berita menggunakan koma. Selain itu Huruf awal di pengiring huruf kecil perhatikan contoh berikut.
1. ” Kapan bukuku kamu kembalikan? tanya Samid.
2. ” Belikan saya mobil baru
! pinta Tria.
3. ” Saya akan datang nanti malam
, kata Hamid.
Perubahan Kalimat Langsung ke Tak Langsung
Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:
Langsung —>Tak Lansung
Saya —-> Dia
Kamu —–> Saya
Kalian —–> Kami
Kami —–> Mereka
Kita —–> Kami
Ada alternatif lain agar tidak menghafal :
Caranya Posisikan diri anda menjadi orang yang diajak bicara setelah itu informasikan kepada orang ketiga.
Contoh : Kata Dhani,” Coba kamu bantu saya menyelesaikan tugas ini!”
Maka anda menjadi orang yang diajak bicara Dhani,
Setelah itu ada orang lain yg bertanya : Dhani tadi bicara apa?
jawab:
 Dhani mengatakan supaya saya membatu dia menyelesaikan tugas.
Jawaban anda itulah kalimat tak langsungnya.
Selamat mencoba.
1. Paman mengatakan,” Pulanglah kalian secepatnya karena sebentar lagi hujan turun.”
2. Kata Ketua Rombongan,” Terimakasih atas sambutan kalian kepada kami pada acara kunjungan kami,”
Kalimat Tak Lansung.
Kalimat menyatakan isi ujaran orang ketiga tanpa mengulang kata-katanya secara
Cara merubah Kalimat tak langsung ke Kalimat langsung.
Contoh :
Webby mengatakan bahwa 
dia akan datang kerumahku nanti sore.
Untuk merubahnya maka anda harus :
1. Menerka kira-kira Webby bicaranya apa saat itu.
2. Ubahlah kembali ke Tak Langsung lagi sebagi cek ulang.
Hasilnya :
Kata Webby,” Saya nanti sore akan kerumahmu.”



Membaca Karya Sastra


Membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis yaitu membaca yang berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca sastra, pembaca dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasinya dan kreativitasnya agar dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Setelah membaca sebuah karya sastra pembeca akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui karya sastra yang dibacanya. Di sinilah letak kelebihan pembaca karya sastra dibandingkan pembaca karya-karya lain.

Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki pengetahuan tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya.
Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur prosa fiksi seperti yang sudah Anda pelajari dalam mata kuliah sastra mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.
Dalam karya prosa fiksi terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda peroleh dari cerita yang Anda baca sebagai suatu pengalaman
Teknik Membaca Prosa Fiksi
Membaca karya sastra memiliki banyak tujuan, namun dalam rangka belajar dan pembelajaran, membaca karya sastra hanya memiliki 2 tujuan, yaitu untuk melakukan apresiasi dan memberi kritik atau penilaian. Membaca karya sastra untuk tujuan kritik sastra dapat atau sudah Anda pelajari pada mata kuliah Kritik Sastra. Jadi teknik membaca prosa fiksi di sini bertujuan dalam rangka membaca untuk keperluan apresiasi.
Kompetensi yang akan diraih dalam kegiatan membaca prosa fiksi atau membaca cerita rekaan adalah:
memahami dan menghayati semua yang dituangkan pengarang dalam ceritanya sehingga pembaca dapat menangkap isi cerita;
dapat menganalisis unsur-unsur cerita sehingga tertangkap tema dan amanat yang disampaikan oleh pengarang; dan
dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik, dan pada akhirnya dapat menilai cerita rekaan yang dibaca dengan memberi penilaian mengenai bagus atau tidak baguskah cerita tersebut.
Langkah-langkah Membaca Prosa Fiksi
Membaca prosa fiksi atau cerita rekaan untuk tujuan menangkap isi cerita dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Membaca cerita secara keseluruhan.
Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
Membaca prosa fiksi dengan tujuan untuk mengapresiasi, dilakukan langkah-langkah seperti di atas di tambah dengan menganalisis cerita dengan cara mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan memahami karakteristik setiap unsur cerita tersebut. Misal unsur tokoh, di sini pembaca mengidentifikasi bagaimana watak para tokoh, apa saja yang dilakukan para tokoh, bagaimana para tokoh menyikapi segala permasalahan yang dihadapi, dan sebagainya.
Peran unsur-unsur cerita ini saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga jalinan peran antarunsur cerita yang disusun pengarang cerita tersebut membentuk suatu keutuhan yang membantu pembaca dalam memahami, menikmati, dan menghayati karya tersebut.
Membaca Drama
Drama adalah cerita yang dilakonkan. Artinya karya sastra jenis drama memiliki isi yang tidak berbeda dengan prosa fiksi, hanya pada drama para pelaku atau tokoh yang ada dalam prosa fiksi melakonkan sendiri peristiwanya. Dengan demikian drama ditulis dalam bentuk naskah yang didalamnya ada narasi, dan dialog antar tokoh.
Berdasarkan bentuknya yaitu naska, maka membaca drama bertujuan untuk melakukan pementasan atau pertunjukkan. Jadi membaca naskah drama yang benar adalah secara berkelompok sesuai dengan jumlah tokoh yang ada dalam naskah tersebut.
Persamaannya dengan prosa fiksi, drama memiliki unsur-unsur yang mirip dengan prosa, yaitu ada tema, tokoh, latar, alur, tema, serta amanat. Dalam pertunjukkannya, drama dapat dibagi menjadi beberapa babak.
Teknik Membaca Drama
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membaca drama disesuaikan dengan tujuan yaitu pementasan drama. Jadi sebelum melakukan kegiatan dibuat persiapan berupa pemilihan tokoh sesuai dengan jumlah dan peran setiap tokoh.
Langkah-langkah Membaca Drama
Membaca naskah drama secara keseluruhan.
Membaca, menghafal, dan mengahayati dialog/isi dialog yang diperankan.
Memberikan gerak (pola) yang sesuai dengan isi dialog.
Berlatih melafalkan dialog dengan penghayatan/ekspresi dan gerak yang sesuai dengan isi dialog.
Berlatih memerankan masing-masing tokoh sehingga menghasilkan sebuah drama yang bagus.
Teknik Membaca Puisi
Membaca puisi pada umumnya bertujuan untuk dapat membacakan puisi tersebut dihadapan orang lain dengan baik. Untuk keperluan tersebut yang harus diketahui pembaca adalah hakikat puisi. Puisi adalah karya sastra yang kaya akan makna, ada yang memberi istilah puisi itu padat makna.
Sebuah puisi pada dasarnya adalah sebuah cerita yang berisi berbagai peristiwa, namun tidak semua peristiwa dalam puisi itu diceritakan. Yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, peristiwa atau inti cerita. Oleh karena itu dalam penciptaan puisi pengarang banyak melakukan pemadatan. Artinya, bahasa yang digunakan puisi dicari kata-kata yang singkat atau bahkan sengaja disingkat dengan cara mengambil inti dasarnya, seperti menghilangkan imbuhan, menghilangkan pengulangan dan sebagainya. Ada pula puisi yang menuangkan maknanya melalui bentuk puisi itu sendiri yang disebut dengan tipografi, seperti contoh puisi berikut ini.
POT
pot apa pot itu pot kaukah pot itu
Pot pot pot
yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot pot pot kaukah pot itu
pot pot pot
potapa potitu potkaukah potaku?
POT
(Sutarji Calzoum bachri, 1981)
Langkah-langkah Membaca Puisi
Karena membaca puisi bertujuan untuk membacakan puisi di depan penonton maka sebelum berhadapan penonton pembaca harus terlebih dahulu mengetahui:
siapa dan berapa banyak penoton yang diperkirakan akan hadir;
berapa luas panggung dan aula atau gedung tempat berlangsungnya pembacaan puisi tersebut.
Jika kegiatan ini dilakukan di dalam kelas, siswa tentu sudah tidak kesulitan dengan hal tersebut, hanya guru tetap harus memberikan arahan dan bimbingan bagaiman cara membaca puisi di hadapan orang banyak dengan baik.
Setelah hal itu dipersiapkan dilakukan kegiatan:
Membaca puisi secara keseluruhan.
Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
Memaknai puisi baris demi baris
Memaknai/menangkap isi puisi setiap bait.
Menangkap isi dan maksud puisi secara keseluruhan.


dikutp dr;